August
Rush adalah sebuah film tentang keajaiban musik. Berkisah tentang seorang anak
laki-laki berusia 11 tahun, Evan Taylor 'August Rush' (Freddie Highmore), yang memiliki bakat luar biasa didalam musik.
Evan tidak pernah mendengarkan musik dari instrumen asli, karena di panti
asuhan yang ia tinggali sejak kecil melarang untuk membunyikan musik. Bakatnya
datang secara alami karena instingnya yang begitu kuat terhadap musik yang
berasal dari alam sekitar.
Evan Taylor (Freddie Highmore),
adalah seorang anak yang lahir diluar rencana dari pasangan musisi, pemain
cello yang cantik, Lyla Novacek (Keri Russell) dan penyanyi dari sebuah rock
band asal Irlandia, Louis Connelly (Jonathan Rhys Meyers). Evan adalah hasil
dari pertemuan mereka semalam di San Francisco, dan karena nasip, mereka
terpisah. Dalam keadaan hamil, Lyla mendapat kecelakaan. Ayah Lyla yang merasa
anak gadisnya belum siap berkeluarga, maka ia memakai kesempatan ini untuk
mengelabuhinya bahwa bayi yang dikandungnya itu mati, dan menyerahkan bayi Evan
ini untuk diadopsi.
Di dalam panti-asuhan, seperti
anak-anak yang lainnya, Evan adalah anak yang mendambakan kehadiran orang-tua.
Bedanya, ia mencari jejak orang-tuanya dengan music, ketika ada saat dia hendak
dikirimkan kepada orang-tua yang hendak mengadopsi anak oleh seorang Social
Service worker, Richard Jeffries (Terrence Howard, yang berkarakter simpatik di
film ini). Namun, Evan mendadak hilang di tengah keramaian kota New York. Bakat
Evan ditemukan oleh seorang preman jalanan yang membina anak-anak pengamen,
Maxwell 'Wizard' Wallace (Robin Williams), ia mengatakan kepada Evan "You
got to love music more than you love food. More than life. More than
yourself!". Oleh Wizard, Evan diberi nama professional "August Rush",
sebuah nama yang diambil secara random dari sebuah tulisan di body sebuah truck
yang sedang lewat.
Ketika ada suatu kejadian, polisi
menangkapi para gelandangan anak-anak, Evan lari dan nasip membawa Evan ke
sebuah gereja, di dalam gereja itu Evan melihat seorang gadis kecil yang
bernama Hope (Jamia Simone Nash) yang menyanyi dengan sangat bagus bersama
anggota koor gereja itu. Kemudian mereka saling kenal, dan Hope mengajari Evan
mengenal notasi music dan piano. Dengan bakat alam yang luar biasa, Evan mampu
memainkan piano, menulis notasi music dan memainkan organ klais yang terdapat
di gereja itu, sang pendeta melihat bakat Evan ini dan mengirimkannya ke sebuah
sekolah music bergengsi di New York Juilliard School. Di sinilah Maestro cilik
ini dibina menjadi seorang musisi sebenarnya.
Sementara itu, Lyla sang ibu yang
tinggal di kota Chicago, akhirnya mendapat pengakuan dari ayahnya bahwa bayi
yang dilahirkan Lyla dahulu sebenarnya tidak mati. Maka, Lyla bergegas kembali
ke New York untuk mencari anaknya. Lyla bertemu Mr. Jeffries dan mendapat kabar
bahwa anaknya telah hilang entah kemana, Lyla memutuskan tinggal di New York
dan kembali bergabung dengan The New York Philharmonic sambil melakukan
pencarian anaknya.
Lyla
akhirnya tahu bahwa ayahnya telah membohonginya dengan berkata anaknya telah
meninggal. Ia pun berusaha menemukan anaknya dibantu seorang detektif. Di lain
pihak, Evan yang masih berkeinginan kuat menemukan orang tuanya pun kabur dari
tempat Wizard. Ia sempat ditampung di gereja dan mencengangkan pihak gereja
karena bakat bermusiknya. Ia mampu memainkan partitur-partitur komponis ternama
hanya dengan sekali lihat. Pihak gereja yang menyadari bakat luar biasa Evan
pun memasukkannya ke sekolah bermusik ternama. Di sana ia menjadi atau siswa
termuda. Bakatnya semakin terasah dan yang menakjubkan adalah ia mampu
menciptakan komposisi sebuah orkestra sendiri. Padahal komposisi tersebut ia
dapatkan hanya dengan mendengar segala jenis bunyi yang ada di sekitarnya.
Akhirnya pihak sekolah musik tersebut mengizinkan Evan mengadakan sebuah konser
dengan partitur ciptaannya.
Di lain pihak, sang ayah, Louis
Connelly, semenjak pertemuannya dengan Lyla 11 tahun yang lalu tak
henti-hentinya mencari jejak pujaan hatinya dan membuat ia tetap tinggal di San
Francisco, ia tidak pernah menyadari kalau ia sudah menjadi ayah. Kemudian, ia
menemukan alamat Lyla di Chicago, dan mendapati kabar yang salah dan mengira
bahwa Lyla sudah menikah. Melihat kenyataan ini Louis enggan kembali ke San
Francisco, dan ia memilih New York dan kemudian memutuskan kembali bergabung
dengan abangnya dalam Rock Band, sebagai lead vocal dan guitarist di band itu.
Evan yang telah menjadi seorang
composser karena pendidikannya di Juilliard School, atas kemampuannya yang luar
biasa ini, ia diberi kesempatan untuk menampilkan karyanya dalam sebuah
symphony orchestra yang akan ditampilkan di Central Park di kota New York itu.
Namun kesempatan ini hampir tak terlaksana karena ganguan dari Wizard yang
mengklaim bahwa dia adalah ayah dari Evan, perbuatannya ini didasari karena ia
ingin "make money" dari bakat musisi cilik ini.
Di sebuah taman kota di New York Louis bertemu dengan Evan, Louis mengagumi bakat music Evan, mereka bercakap-cakap dan bermain guitar bersama, namun mereka tidak mengenali satu sama lain. Evan memperkenalkan dirinya kepada Louis dengan nama "August Rush" dan mengatakan ia akan memimpin sebuah orchestra dan tampil di Central Park dan mengatakan penampilannya ini terancam batal karena Wizard tidak setuju. Louis memberikan semangat agar Evan tetap tampil pada pertunjukan itu.
Ternyata pertunjukan di Central Park
itu juga menampilkan sang ibu, Lyla Novacek yang bermain Cello bersama The New
York Philharmonic. Di sebuah pertunjukan music, keluarga yang terpisah itu
bersatu. Harapan Evan sang komposer cilik itu tercapai, bahwa dengan music ia
dapat memanggil kedua orang-tuanya untuk datang dan menemukannya.
Pesan
Moral
Menurut saya, film ini memiliki
kualitas nilai yang sangat tinggi. Dimana seorang anak (Evan) yang memiliki bakat luar biasa dari orang
tuanya, yang pantang menyerah untuk bertemu kedua orang tuanya. Dan
ia yakin yakin dengan adanya musik disekitarnya akan membantunya dalam mencari
orang tuanya "Come on. Be brave. You never quit on your music. No
matter what happens. Because anytime something bad happens to you,
that's the one place you can escape to and just let it go. I learned it
the hard way. And anyway, look at me. Nothing bad's gonna happen. You
gotta have a little faith."
Film ini juga mengajarkan kita dapat belajar dari lingungan
sekitar, seperti Evan mengerti musik dari desauan angin, gemericik air, bahkan kilau
cahaya. Jangan pantang menyerah walaupun banyak orang yang menganggap remeh, buktikan
ke semua orang kalau kita bisa “Jadikan sorakan itu menjadi tepuk tangan” Bakat yang dimiliki seseorang apabila
tidak disertai kemauan dari dalam dan motivasi yang kuat dari lingkungannya
akan sia-sia, karena bakat akan berkembang apabila dia memiliki motivasi yang
kuat dari dalam diri maupun dari luar (orang lain).
Keluarga adalah segalanya bagi seorang
anak. Faktor terbesar bagaimana tingkah laku seorang anak kelak adalah
keluarga. Orang tua harus mendukung bakat dan kemauan anak, dan tidak
memaksakan kehendak. Dalam hal ini seorang anak diajarkan bagaimana seorang
anak itu bisa membuat pilihan yang tepat bagi dirinya. Bukan atas dorongan
orang lain ataupun campur tangan orang lain. Selain itu, film ini juga
mengajarkan seorang anak menginginkan bahagianya
memiliki sebuah keluarga yang menyayangi kita. Hanya di dalam keluarga kita
mendapatkan kasih sayang yang tidak dapat diberikan oleh orang lain kepada
kita. Keluarga adalah tempat kita bernaung dan keluargalah pendukung terbesar
pencarian jati diri seorang anak.
Trailer Film August Rush
Posting Komentar