Mitos, Penalaran, dan Cara Memperoleh Pengetahuan

·      Mitos
Secara sederhana, definisi mitos adalah suatu informasi yang sebenarnya salah tetapi dianggap benar karena telah beredar dari generasi ke generasi. Begitu luasnya suatu mitos beredar di masyarakat sehingga masyarakat tidak menyadari bahwa informasi yang diterimanya itu tidak benar. Karena begitu kuatnya keyakinan masyarakat terhadap suatu mitos tentang sesuatu hal, sehingga mempengaruhi perilaku masyarakat.
Mitos atau mite adalah cerita prosa rakyat yang ditokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain (khayangan) pada masa lampau dan dianggap benar-benar terjadi oleh yang punya cerita atau penganutnya. Mitos juga disebut Mitolog, yang kadang diartikan Mitologi adalah cerita rakyat yang dianngap benar-benar terjadi dan bertalian dengan terjadinya tempat, alam semesta, para dewa, adat istiadat, dan konsep dongeng suci. Mitos juga merujuk kepada satu cerita dalam sebuah kebudayaan yang dianggap mempunyai kebenaran mengenai suatu peristiwa yang pernah terjadi pada masa lalu. Jadi, mitos adalah cerita tentang asal-usul alam semesta, manusia atau bangsa yang diungkapkan dengan cara-cara gaib dan mengandung arti yang dalam. Mitos juga mengisahkan petualangan para dewa, kisah percintaan mereka, kisah perang mereka dan sebagainya.
Mengapa Mitos dipercaya? Sebab masyarakat beranggapan mitos sangat berpengaruh pada kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat tradisional yang masih sangat kental budaya kedaerahnya.
Mereka kebanyakan mengabaikan logika dan lebih mempercayai hal-hal yang sudah turun menurun dari nenek moyang. Pada dasarnya, mitos orang zaman dahulu memiliki tujuan yang baik untuk kelangsungan hidup keturunannya. Ada masyarakat yang mempercayai mitos tersebut, ada juga masyarakat yang tidak mempercayainya. Jika mitos tersebut terbukti kebenarannya, maka masyarakat yang mempercayainya merasa untung. Tetapi jika mitos tersebut belum terbukti kebenarannya, maka masyarakat bisa dirugikan. Mitos dipercaya sebagai ajaran nenek moyang tentang apa yang tidak boleh dilakukan agar tidak tertimpa daerah.
Contoh :
Pelangi dianggap sebagai selendang bidadari atau naga yang sedang meminum air. Jadi muncul pengetahuan baru yaitu bidadari dan naga.
Gempa bumi diduga terjadi karena naga yang sedang memegang bumi bergeser dari tempatnya sehingga bumi bergetar.
Gerhana bulan dianggap sebagai kejadian bulan dimakan raksasa  kala rahu (raksasa hanya memiliki kepala saja) sehingga orang-orang memukul kentongan agar bulan tidak habis dimakan.
Bunyi guntur dianggap sebagai kereta para dewa yang sedang melintas di angkasa.

·      Legenda
Sebuah kisah sejarah tradisional (atau kumpulan cerita terkait) populer dianggap benar tetapi biasanya berisi campuran fakta dan fiksi. legenda adalah cerita yang diceritakan seolah-olah itu adalah peristiwa sejarah, bukan sebagai penjelasan untuk sesuatu atau narasi simbolik. Legenda mungkin atau mungkin tidak versi dijabarkan dari peristiwa sejarah. Legenda yang dalam bahasa Latin disebut legere adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh empunya cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi.
Oleh karenanya, legenda sering kali dianggap sebagai sejarah kolektif (folk history). Meski demikian, karena tidak tertulis, maka kisah-kisah tersebut telah mengalami distorsi, sehingga sering kali jauh berbeda dengan aslinya. Oleh sebab itu, jika legenda dipergunakan sebagai bahan untuk merekonstruksi suatu sejarah, maka legenda harus dibersihkan terlebih dahulu bagian-bagiannya dari hal-hal yang mengandung sifat-sifat cerita rakyat (folklore).
Legenda ataupun cerita rakyat, terkait dekat sekali dengan Mitologi. Namun, pada cerita rakyat, waktu dan tempat tidak spesifik dan ceritanya tidak dianggap sebagai sesuatu yang suci dan dipercaya kebenarannya layaknya Mitologi. Sedangkan legenda sendiri, meskipun kejadiannya dianggap benar, pelaku-pelaku kisahnya adalah manusia, bukan Dewa dan monster seperti pada Mitologi.
Contoh : Sangkuriang dikaitkan dengan Gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat.

·      Cerita Rakyat
Cerita Rakyat adalah sebagian kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki Bangsa Indonesia. Pada umumnya, cerita rakyat mengisahkan tentang suatu kejadian di suatu tempat atau asal muasal suatu tempat. Tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam cerita rakyat umumnya diwujudkan dalam bentuk binatang, manusia maupun dewa. Fungsi Cerita rakyat selain sebagai hiburan juga bisa dijadikan suri tauladan terutama cerita rakyat yang mengandung pesan-pesan pendidikan moral. Banyak yang tidak menyadari kalo negeri kita tercinta ini mempunyai banyak
Cerita Rakyat Indonesia yang belum kita dengar, bisa dimaklumi karena cerita rakyat menyebar dari mulut – ke mulut yang diwariskan secara turun – temurun. Namun sekarang banyak Cerita rakyat yang ditulis dan dipublikasikan sehingga cerita rakyat Indonesia bisa dijaga dan tidak sampai hilang dan punah.Sekarang banyak juga Cerita Rakyat yang difilmkan lho dan sisi positifnya Cerita Rakyat jadi semakin terjaga meski kadang ada penambahan jalan ceritanya.
Contoh : Jaya Prana dari daerah Buleleng (Bali), Lutung Kasarung dari daerah Pasundan, Timun Emas dari daerah Jawa Tengah.

Pengetahuan dapat diperoleh kebenarannya dari dua pendekatan, yaitu pendekatan non-ilmiah dan ilmiah. Pada pendekatan non ilmiah ada beberapa pendekatan yakni akal sehat, intuisi, prasangka, penemuan dan coba-coba dan pikiran kritis.
1. Akal sehat
Menurut Conant yang dikutip Kerlinger (1973, h. 3) akal sehat adalah serangkaian konsep dan bagian konseptual yang memuaskan untuk penggunaan praktis bagi kemanusiaan. Konsep merupakan kata yang dinyatakan abstrak dan dapat digeneralisasikan kepada hal-hal yang khusus. Akal sehat ini dapat menunjukan hal yang benar, walaupun disisi lainnya dapat pula menyesatkan.
2. Intuisi
Intuisi adalah penilaian terhadap suatu pengetahuan yang cukup cepat dan berjalan dengan sendirinya. Biasanya didapat dengan cepat tanpa melalui proses yang panjang tanpa disadari. Dalam pendekatan ini tidak terdapat hal yang sistemik.
3. Prasangka
Pengetahuan yang dicapai secara akal sehat biasanya diikuti dengan kepentingan orang yang melakukannya kemudian membuat orang mengumumkan hal yang khusus menjadi terlalu luas. Dan menyebabkan akal sehat ini berubah menjadi sebuah prasangka.
4. Penemuan coba-coba
Pengetahuan yang ditemukan dengan pendekatan ini tidak terkontrol dan tidak pasti. Diawali dengan usaha coba-coba atau dapat dikatakan trial and error. Dilakukan dengan tidak kesengajaan yang menghasilkan sebuah pengetahuan dan setiap cara pemecahan masalahnya tidak selalu sama. Sebagai contoh seorang anak yang mencoba meraba-raba dinding kemudian tidak sengaja menekan saklar lampu dan lampu itu menyala kemudian anak tersebut terperangah akan hal yang ditemukannya. Dan anak tersebut pun mengulangi hal yang tadi ia lakukan hingga ia mendapatkan jawaban yang pasti akan hal tersebut.
5. Pikiran Kritis
Pikiran kritis ini biasa didapat dari orang yang sudah mengenyam pendidikan formal yang tinggi sehingga banyak dipercaya benar oleh orang lain, walaupun tidak semuanya benar karena pendapat tersebut tidak semuanya melalui percobaan yang pasti, terkadang pendapatnya hanya didapatkan melalui pikiran yang logis.
6.Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah adalah pengetahuan yang didapatkan melalui percobaan yang terstruktur dan dikontrol oleh data-data empiris. Percobaan ini dibangun diatas teori-teori terdahulu sehingga ditemukan pembenaran-pembenaran atau perbaikan-perbaikan atas teori sebelumnya. Dan dapat diuji kembali oleh siapa saja yang ingin memastikan kebenarannya.

OPINI
Menurut saya hadirnya mitos itu dikarenakan jaman dahulu manusia membuat itu karena kurangnya memperoleh pengetahuan dan prasarana untuk mengetahui hal yang pasti mengenai kebenaran tersebut. bila di bandingkan dengan sekaran, zaman modern dimana semua pake logika mitos2 tersebut pun lama2 menghilang

A. Rasa Ingin Tahu
Ilmu pengetahuan alam bermula dari rasa ingin tahu yang merupakan cirri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang benda-benda di alam sekitarnya, bulan, bintang, dan matahari, bahkan ingin tahu tentang dirinya sendiri (antroposentris).
Dengan pertolongan akal budinya manusia menemukan berbagai cara untuk melindungi diri terhadap pengaruh lingkungan yang merugikan. Tetapi adanya akal budi itu juga menimbulkan rasa ingin tahu yang selalu berkembang. Rasa ingin tahu itu tidak pernah dapat dipuaskan. Kalau salah satu soal dapat dipecahkan maka timbul soal lain yang menunggu penyelesaian. Akal budi manusia tidak pernah puas dengan pengetahuan yang dimilikinya.
Rasa ingin tahu mendorong manusia untuk melakukan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mencari jawaban atas berbagai persoalan yang muncul dalam pikirannya. Kegiatan yang dilakukan manusia itu kadang-kadang kurang serasi dengan tujuannya. Sehingga tidak dapat menghasilkan pemecahan. Tetapi kegagalan biasanya tidak menimbulkan rasa putus asa, bahkan seringkali justru membangkitkan semangat yang lebih menyala-nyala untuk memecahkan persoalan. Dengan semangat yang makin berkobar ini diadakanlah kegiatan-kegiatan lain yang dianggap lebih serasi dan dapat diharapkan akan menghasilkan penyelesaian yang memuaskan.

Kegiatan untuk mencari pemecahan dapat berupa:
a. Penyelidikan langsung.
b. Penggalian hasil-hasil penyelidikan yang sudah pernah diperoleh orang lain.
c. Kerja sama dengan penyelidik-penyelidik lain yang juga sedang memecahkan soal yang sama atau yang sejenis.

B.     MITOS
Rasa ingin tahu manusia ternyata tidak dapat terpuaskan hanya atas dasar pengamatan ataupun pengalaman. Untuk itulah, manusia mereka-reka sendiri jawaban atas keingintahuannya itu. Sebagai contoh: “Apakah pelangi itu?”, karena tak dapat dijawab, manusia mereka-reka jawaban bahwa pelangi adalah selendang bidadari. Jadi muncul pengetahuan baru yaitu bidadari. Contoh lain: “Mengapa gunung meletus?”, karena tak tahu jawabannya, manusia mereka-reka sendiri dengan jawaban: “Yang berkuasa dari gunung itu sedang marah”. Dengan menggunakan jalan pemikiran yang sama muncullah anggapan adanya “Yang kuasa” di dalam hutan lebat, sungai yang besar, pohon yang besar, matahari, bulan, atau adanya raksasa yang menelan bulan pada saat gerhana bulan. Pengetahuan baru yang bermunculan dan kepercayaan itulah yang kita sebut dengan mitos. Cerita yang berdasarkan atas mitos disebut legenda.

Mitos itu timbul disebabkan antara lain karena keterbatasan alat indera manusia misalnya:
1.      Alat Penglihatan
Banyak benda-benda yang bergerak begitu cepat sehingga tak tampak jelas oleh mata. Mata tidak dapat membedakan benda-benda. Demikian juga jika benda yang dilihat terlalu jauh, maka tak mampu melihatnya.
2.      Alat Pendengaran
Pendengaran manusia terbatas pada getaran yang mempunyai frekuensi dari 30 sampai 30.000 perdetik. Getaran di bawah 30 atau di atas 30.000 perdetik tak terdengar.
3.      Alat Pencium dan Pengecap
Bau dan rasa tidak dapat memastikan benda yang dicecap maupun diciumnya . manusia hanya bisa membedakan 4 jenis masa yaitu rasa manis,masam ,asin dan pahit.
Bau seperti parfum dan bau-bauan yang lain dapat dikenal oleh hidung kita bila konsentrasi di udara lebih dari sepersepuluh juta bagian. Melalui bau, manusia dapat membedakan satu benda dengan benda yang lain namun tidak semua orang bisa melakukannya.
4.      Alat Perasa
Alat perasa pada kulit manusia dapat membedakan panas atau dingin namun sangat relatif sehingga tidak bisa dipakai sebagai alat observasi yang tepat.
Alat-alat indera tersebut di atas sangat berbeda-beda, di antara manusia: ada yang sangat tajam  penglihatannya, ada yang tidak. Demikian juga ada yang tajam penciumannya ada yang lemah. Akibat dari keterbatasan alat indera kita maka mungkin timbul salah informasi, salah tafsir dan salah pemikiran. Untuk meningkatkan kecepatan dan ketepatan alat indera tersebut dapat juga orang dilatih untuk itu, namun tetap sangat terbatas. Usaha-usaha lain adalah penciptaan alat. Meskipun alat yang diciptakan ini masih mengalami kesalahan. Pengulangan pengamatan dengan berbagai cara dapat mengurangi kesalahan pengamatan tersebut. Jadi, mitos itu dapat diterima oleh masyarakat pada masa itu karena:
a.              Keterbatasan pengetahuan yang disebabkan karena keterbatasan penginderaan baik langsung maupun dengan alat.
b.              Keterbatasan penalaran manusia pada masa itu.
c.              Hasrat ingin tahunya terpenuhi

Menurut Auguste comte (1798-1857),dalam sejarah perkembangan jiwa manusia, baik sebagai individu maupun sebagai keseluruhan, berlangsung tiga tahap:
1.      Tahap teologi atau fiktif
2.      Tahap filsafat atau metafisik atau abstrak
3.      Tahap positif atau ilmiah riel

Pada tahap teologi atau fiktif manusia berusaha untuk mencaari atau menemukan sebab yang pertama dan tujuan yang terakhir dari segala sesuatu,dan selalu dihubungkan dengan kekuatan ghaib. Gejala alam yang menarik perhatiannya selalu diletakkan dalam kaitannya dengan sumber yang mutlak. Mempunyai anggapan bahwa setiap gejala dan peristiwa dikuasi dan diatur oleh para dewa atau kekuatan ghaib lainnya.
Tahap metafisika atau abstrak merupakan tahap dimana manusia masih tetap mencari sebab utama dan tujuan akhir, tetapi manusia tidak lagi menyadarkan kepada kepercayan akan adanya kekuatan ghaib , melainkan kepada akalnya sendiri,akal yang telah mampu melakukan abstraktasi guna menemukan hakikat segala sesuatu.
Tahap positif atau riel merupakan tahap dimana manusia telah mampu berfikir secara positif atau riel,atas dasar pengetahuan yang telah dicapainya yang dikembangkan secara positif ,melalui pengamatan , percobaan dan perbandingan.
Mitos adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman dan pemikiran sederhana serta dikaitkan dengan kepercayaan akan adnya kekuatan ghaib. Sehingga pengetahuan yang diperoleh bersifat subyektif.
Gempa bumi diduga terjadi karena Atlas (raksasa yang memikul bumi pada bahunya )memindahkan bumi dri bahu yang satu kebahu yang lain. Gerhana bulan diduga terjadi karena dimakan oleh raksasa. Menurut dongeng raksasa itu takut pada bunyi – bunyian, maka pada waktu gerhana bulan manusia memukul apa saja yang dapat menimbulkan bunyi. Supaya raksasa itu takut dan memuntahkan kembali bulan purnama. Bunyi guntur dikira ditimbulka oleh adanya kereta yang dikendarai dewa melintas langit.
Demikian pada tahap mitos atau tahap teologi ini manusia menjawab rasa ingin tahunya dengan menciptakan dongeng-dongeng atau mitos, karena alam pikirannya masih terbatas pada imajinasinya dan cara berpikir irasional.
Masyarakat dahulu dapat menerima mitos karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan pemikirannya.sedangkan hasrat ingin tahunya berkembang terus.
Puncak hasil pemikiran seperti di atas terjadi pada zaman Babylona,yaitu kira-kira 700-600 SM. Pendapat orang Babylona tentang alam semesta antara lain adalah bahwa alam semesta merupakan suatu ruangan atau selungkup. Lantainya adalah bumi yang datar , sedangkan langit dengan bintangnya merupakan atapnya. Dilangit ada semacam jendela yang memungkinkan air hujan dapat sampai ke bumi.
Karena kemampuan berpikirnya manusia semakin maju dan disertai pula oleh perlengkapan pengamatan, misalnya teropong bintang, mitos dengan berbagai legendanya makin ditinggalkan, dan mereka cendrung menggunakan akal sehat dan rasionya.

 

PERKEMBANGAN ALAM PIKIRAN MANUSIA

            Manusia sebagai bagian mahluk hidup memiliki ciri-ciri unik sebagai berikut.
1.      Organ tubuhnya kompleks dan sangat khusus, terutama otaknya sehingga     manusia merupakan mahluk yang cerdas dan bijaksana (homo sapiens). Dengan kelebihan kemampuannya dalam berpikir, manusia melakukan sesuatu dalam wujud budaya  manusia yang kemudian diikuti budaya lain berupa tindakan/perilaku yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
2.      Mengadakan metabolisme atau pertukaran zat, yakni adanya zat yang masuk  dan ada yang keluar.
3.      Memberikan tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan luar.
4.      Memiliki potensi untuk berkembang biak.
5.      Tumbuh dan bergerak.
6.      Berinteraksi dengan lingkungannya, artinya :
a)         Manusia dapat membuat alat-alat dan menggunakannya sehingga  disebut sebagai manusia kerja (homo faber). Contoh: diciptakannya mikroskop  untuk melihat benda kecil, teropong untuk melihat benda jauh, Radio, TV,   telepon  untuk media komunikasi.
b)        Manusia dapat berbicara (homo longuen) sehingga apa yang menjadi pemikiran dalam otaknya dapat disampaikan melalui bahasa kepada   manusia lainnya.
c)         Manusia dapat bermasyarakat (homo socius), tidak bergerombol seperti binatang yang hanya mengenal hukum rimba, “siapa yang kuat dialah  yang berkuasa”
d)        Manusia dapat mengadakan usaha dengan menggunakan dasar ekonomi   (homo aeconomicus).
7.      Bila tiba saatnya, manusia pasti akan mati. Oleh karena itu, manusia menyadari adanya kekuatan gaib yang memiliki kemampuan/kekuatan lebih hebat dari mansuia sehingga menjadikannya manusia memiliki keyakinan/kepercayaan atau beragama (homo religieus)

Kelebihan manusia adalah rohaninya, yakni akal budi  dan kemauannya yang sangat kuat sehingga ia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Contohnya, manusia dapat membuat pesawat ulang alik untuk pergi ke planet lain, dapat membuat nuklir untuk sumber energi yang sangat kuat dan sebagainya. Akal budi dan kemauan yang sangat kuat inilah yang merupakan sifat unik manusia.

Mitos dan Rasa Ingin Tahu Manusia
Manusia selalu merasa ingin tahu, maka ia akan selalu mencari jawaban rasa ingin tahunya terutama terhadap fenomena (gejala) alam. Perkembangan lebih lanjut dari rasa  ingin tahu manusiaadalah untuk memenuhi kebutuhan non-fisik atau kebutuhan alam pikirannya. Untuk memuaskan alam pikirannya, manusia mereka-reka sendiri jawabannya.
Berdasarkan sejarah perkembangan manusia, menurut August Comte membagi menjadi tiga tahap, yaitu : (1) tahap teologi atau tahap metafisika, (2) tahap filsafat, dan (3) tahap positif atau tahap ilmu.
Mitos termasuk dalam tahap teologi atau tahap metafisika.  Mitologi berarti pengetahuan tentang mitos yang merupakan kumpulan cerita-cerita mitos. Manusia menyusun mitos untuk mengenal realita atau kenyataan, yakni pengetahuan yang tidak obyektif melainkan subyektif. Mitos diciptakan untuk memuaskan rasa ingin tahu manusia untuk menjawab keterbatasan manusia tentang alam. Dalam alam pikiran mitos, rasio atau penalaran belum terbentuk, yang bekerja hanya daya khayal, intuisi atau imajinasi. Menurut van Peursen  mitos adalah suatu cerita yang memberikan pedoman atau arah tertentu kepada sekelompok orang. Cerita itu dapat ditularkan, dapat pula diungkapkan melalui tari-tarian, pementasan wayang, sendratari, drama dan sebagainya.

Secara garis besarnya, mitos dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :
A.  Mitos sebenarnya
Manusia berusaha dengan sungguh-sungguh dan dengan imajinasinya menerangkan gejala alam yang ada, meskipun belum tepat. Hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahaunnya sehingga untuk hal tersebut orang mengaitkan dengan tokoh tertentu atau dewa-dewa.
Contoh :
Pelangi dianggap sebagai selendang bidadari atau naga yang sedang meminum air. Jadi muncul pengetahuan baru yaitu bidadari dan naga.
Gempa bumi diduga terjadi karena naga yang sedang memegang bumi bergeser dari tempatnya sehingga bumi bergetar.
Gerhana bulan dianggap sebagai kejadian bulan dimakan raksasa  kala rahu (raksasa hanya memiliki kepala saja) sehingga orang-orang memukul kentongan agar bulan tidak habis dimakan.
Bunyi guntur dianggap sebagai kereta para dewa yang sedang melintas di angkasa.

B.     Cerita Rakyat
Mitos yang berupa cerita rakyat adalah cerita yang mengisahkan peristiwa penting berkenaan dengan kehidupan manusia yang disampaikan dari mulut ke mulut dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Contoh : Jaya Prana dari daerah Buleleng (Bali), Lutung Kasarung dari daerah Pasundan, Timun Emas dari daerah Jawa Tengah.

C.     Legenda
Legenda adalah cerita rakyat yang seorang tokohnya dikaitkan dengan nama suatu daerah. Apakah tokoh tersebut pernah ada atau tidak, namun tokoh tersebut dihubungkan dengan apa yang terdapat di suatu lingkungan, sebagai bukti kebenaran suatu legenda.
Contoh : Sangkuriang dikaitkan dengan Gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat.

Pada jaman dahulu mitos sangat berpengaruh, bahkan sampai saat inipun kepercayaan terhadap mitos masih belum sepenuhnya hilang. Pencarian jawaban atas masalah seperti itu belum dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah. Beberapa hal sebagai penyebab timbulnya mitos antara lain :
1)      Keterbatasan pengetahuan manusia
Karena keterbatasan pengetahuan manusia maka mereka mencoba mereka-reka dengan khayalan dan imajinasinya  untuk memperoleh jawaban atas permasalahan tersebut. Pengetahuan yang diperoleh dan belum tentu kebenarannya kemudian diceritakan kembali kepada orang lain atau generasi berikutnya.
2)      Keterbatasan penalaran manusia
Manusia pada awalnya memang mampu berpikir, namun pemikirannya belum terlatih. Pemikiran dapat benar dan dapat pula salah. Dengan perkembangan pemikiran manusia lama kelamaan pemikiran yang salah akan ditinggalkan orang, sedangkan yang benar akan terus bertahan sampai ada kebenaran baru yang muncul.
3)      Keingintahuan manusia yang telah dipenuhi untuk sementara
Kebenaran memang harus dapat diterima oleh akal, tetapi sebagian lagi dapat diterima secara intuisi, yakni penerimaan atas dasar kata hati tentang sesuatu yang benar. Kata hati yang irasional dalam kehidupan mayrakat awam sudah dapat diterima sebagai suatu kebenaran atau pseudo science.
4)      Keterbatasan alat indera manusia
Keterbatasan indra manusia  membuat manusia mencari jalan pintas untuk memperoleh jawaban.

Puncak hasil pemikiran mitos terjadai pada zaman Babylonia yakni ±700-600 SM. Orang-orang Babylonia berpendapat bahwa alam semesta itu sebagai ruangan setengah bola dengan Bumi datar sebagai lantainya, sedangkan langit-langit dengan bintang merupakan atapnya. Namun, yang menakjubkan adalah mereka telah mengenal ekliptika yaitu suatu bidang edar matahari dan telah menetapkan perhitungan satu tahun yaitu satu kali matahari beredar sampai ke tempat semula yakni selama 365,25 hari. Horoskop atau ramalan nasib manusia berdasarkan perbintangan seperti Virgo, Sagitaurus, Scorpio, Pisces, Leo dan sebagainya, yang sampai saat ini masih dipercaya banyak orang juga berasal dari Babylonia.
Pengetahuan orang-orang Babylonia ini setengahnya berasal dari hasil pengamatan atau pengalaman, namun setenaghnya berupa dugaan, imajinasi, kepercayaan atau mitos. Pengetahuan demikian dapat dianggap sebagai pseudo science yang artinya mirip sains tetapi bukan sains.

Sejarah Perkembangan Ilmu dari Zaman Pra-sejarah sampai Zaman Kontemporer
Perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidak terjadi secara mendadak, melainkan terjadi secara bertahap atau evolutif. Oleh karena itu, untuk memahami sejarah perkembangan ilmu mau tidak mau kita harus membagi atau mengklasifikasikan  secara periodik. Setiap periode memiliki ciri khas tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

a.  Zaman Pra-Yunani Kuno (Abad XV – VII SM)
Zaman pra-Yunani Kuno dalam sejarah peradaban manusia, yaitu zaman ketika manusia belum mengenal peralatan seperti yang kita pakai sekarang. Pada zaman ini manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan. Adapun sisa peradaban manusia yang ditemukan pada zaman ini antara lain seperti : peralatan dari batu, tulang belulang hewan, sisa beberapa tanaman, gambar-gambar di gua-gua, tempat-tempat penguburan dan tulang belulang manusia purba.
Pada zaman ini ditemukan alat-alat yang bentuknya mirip satu sama lain, misalnya kapak sebagai alat pemotong dan pembelah, alat dari tulang yang menyerupai jarum untuk menjahit, dll. Benda-benda tersebut terus mengalami perbaikan dan kemajuan akibat proses trial and error dan uji coba yang dilakukan manusia yang memakan waktu lama. Melalui proses ini juga manusia menemukan bahan atau materi yang dianggap baik atau kuat untuk membuat peralatan-peralatan tertentu. Antara abad XV sampai VI SM manusia telah menemukan besi, tembaga dan perak untuk membuat peralatan-peralatan.
Evolusi ilmu pengetahuan dapat dilihat melalui sejarah perkembangan pemikiran yang terjadi di Yunani, Babylonia, Mesir, Cina, Timur Tengah (peradaban Islam), dan Eropa, dimana perkembangan terhadap teknik yang diterapkan di Eropa, Cina pada abad XV SM telah mengembangkan teknik peralatan perunggu, peralatan besi sebagai perangkat perang dikenal pada abad V SM. India memberikan sumbangan yang besar dalam perkembangan matematika dengan penemuan sistem bilangan desimal, pemikiran Budhisme yang diadopsi oleh Raja Asoka telah menyumbangkan sistem bilangan yang menjadi titik tolak perkembangan sistem bilangan pada zaman modern.
Salah satu ciri pada zaman ini adalah warisan pengetahuan berdasarkan know how yang dilandasi pengalaman empiris. Data-data tertulis yang ada pada masa ini dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a.       Suatu peristiwa yang dilukiskan dalam bentuk gambar-gambar.
b.      Gambar-gambar itu kemudian disederhanakan dan diberi bentuk tertentu yang disebut pictographic writing.
c.       Peningkatan ke tingkat yang lebih abstrak melalui suku-suku kata yang diberi tanda-tanda tertentu.
d.      Tingkat yang paling tinggi adalah abjad.

Pada masa ini kemampuan berhitung ditempuh dengan cara one to one corespodency atau map process, hal ini menyerupai anak-anak yang belajar berhitung dengan jari-jarinya. Selain itu manusia sudah mulai memperhatikan keadaan alam sebagai suatu proses alam sehingga lama-kelamaan mereka memperhatikan dan menemukan hal-hal berikut : 
a.       Gugus bintang di langit sebagai suatu kesatuan sekarang dikenal dengan nama zodiak.
b.      Kedudukan matahari dan bulan pada waktu terbit dan tenggelam bergerak dalam rangka zodiak tersebut.
c.       dikenal bintang-bintang yang bergerak diantara gugusan tadi, ditemukan planet-planet.
d.      Waktu bulan kembali pada bentuknya yang sama antara 28-29 hari
e.       Timbul dan tenggelam matahari di cakrawala yang berpindah-pindah dan diperlukan ± 365 hari sebelum kembali kedudukan semula
f.       Ketika matahari timbul dan tenggelan sebanyak 365 kali, bulan mengalami perubahan sebanyak 12 kali
g.      Ditemukan beberapa gejala alam, seperti gerhana

Zaman pra-Yunani Kuno ini ditandai oleh lima kemampuan sebagai berikut :
  1. Know how dalam kehidupan sehari-hari yang didasarkan pada pengalaman
  2. Pengetahuan yang berdasarkan pengalaman itu diterima sebagai fakta dengan sikap receptive mind
  3. Kemampuan menemukan abjad dan sistem bilangan alam sudah menampakan perkembangan pemikiran manusia ke tingkat abstraksi
  4. Kemampuan menulis, berhitung, dan menyusun kalender yang didasarkan atas sintesa terhadap hasil abstraksi yang dilakukan
  5. Kemampuan meramalkan suatu peristiwa berdasarkan peristiwa-peristiwa sebelumnya

b.  Zaman Yunani Kuno (Abad VII-II SM)
Pada zaman ini dipandang sebagai zaman keemasan filsafat karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Pada masa ini, Yunani dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat karena tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi. bangsa Yunani yang tidak menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap menerima begitu saja, tetapi menumbuhkan sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis sehingga sikap kritis ini menjadikan bangsa Yunani sebagai ahli pikir terkenal sepanjang masa. Adapun beberapa tokoh yang terkenal pada masa ini antara lain :
1.    Thales
Menurut Thales, asal alam semesta itu adalah air karena tidak ada kehidupan tanpa air. Munculnya persoalan tentang asal alam semesta ini didorong oleh tiga alasan yaitu :
a. Persoalan tersebut merupakan suatu pertanyaan yang terus menerus dipersoalkan dan dipandang sebagai persoalan abadi.
b. Pertanyaan yang diajukan Thales tersebut menimbulkan suatu konsep baru, yaitu suatu hal tidak begitu saja ada, tetapi terjadi dari sesuatu.
c. Pertanyaan demikian hanya dapat muncul dalam pemikiran kalangan tertentu, bukan hanya dari masyarakat awam tetapi masyarakat intelektual yang berpikir lebih maju.
2.      Pythagoras
Pythagoras dikenal sebagai filsuf dan juga ahli ilmu ukur ia juga lebih dikenal dengan penemuannya tentang ilmu ukur dan aritmatik. Adapun penemuannya itu antara lain :
a.    Hukum atau dalil pythagoras yaitu a2 + b2 = c2 yang berlaku bagi setiap segitiga siku-siku.
b.    Semacam teori tentang bilangan, antara lain pembagian antara bilangan genap dan bilangan ganjil.
c.    Pembentukan benda berdasarkan segitiga-segitiga, segiempat-segiempat, segilima-segilima dan sebagainya.
d.    Hubungan antara nada dengan panjang dawai.
3.      Herakleitos
Herakleitos berpendapat bahwa api merupakan asas pertama yang merupakan dasar segala sesuatu yang ada karena menurutnya api adalah lambang perubahan, dengan adanya api kayu atau bahan apa saja berubah menjadi abu. Herakleitos berpendapat bahwa dalam dunia alamiah tidak ada sesuatu pun yang tetap, tidak ada sesuatu apapun yang dianggap definit atau sempurna.
4.      Parmenides
Parmenides adalah filsuf pertama yang mempratekkan cabang filsafat yang disebut “metafisika”. Pendapat parmenides yang terkenal adalah yang ada, ada dan yang tidak ada, tidak ada.
5.      Socrates (470-399 SM)
Sumber utama untuk menentukan pemikirannya yang dikenal melalui dialog-dialog adalah muridnya yang bernama plato. Dalam sejarah umat manusia, Sokrates merupakan contoh istimewa selaku filsuf ynag jujur serta berani. Keaktifannya dapat dibandingkan dengan pekerjaan bidan. Dia tidak menolong orang bersalin, melainkan membidani jiwa-jiwa. Metode ini dikenal dengan Maicutike Telehne (Ilmu Kebidanan) yaitu suatu metode dialektiva untuk melahirkan kebenaran.
6.      Democritus (460 – 370 SM)
Democritus dikenal sebagai Bapak Atom pertama yang memperkenalkan konsep atom bahwa alam semesta ini sesungguhnya terdiri atas atom-atom. Atom adalah materi terkecil, yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Pemikiran Democritus tentang atom mengandung sifat-sifat seperti berikut ini :
a.       §  Konsep materialistik – monistik
b.      Artinya, atom merupakan sekadar materi yang tidak didampingi apapun karena sekelilinggnya hampa
c.       §  Konsep dinamika perkembangan
d.      Artinya, segala sesuatu selalu berada dalam keadaan bergerak sehingga berlaku prinsip dinamika
e.       §  Konsep yang bersifat murni alamiah
f.       Artinya, pergerakan atom itu bersifat intrinsik, primer, tanpa sebab, dan tidak dipengaruhi oleh sesuatu di luar dirinya.
g.      §  Bersifat kebetulan
h.      Artinya pergerakan itu terjadi tanpa tujuan sehingga benturan-benturan yang terjadi tidak beraturan, dan tidak mengandung tujuan-tujuan tertentu.
7.      Plato (427 – 347 SM)
Plato adalah filsuf yang pertama kali membangkitkan persoalan Being (hal ada) dan mempertentangkannya dengan becoming (hal menjadi). Plato menemukan bahwa becoming yakni dunia berubah, tidak memuaskan atau tidak memadai sebagai objek pengetahuan karena bagi plato setiap bentuk pengetahuan bersesuaian dengan suatu jenis objek. Sedangkan being bagi plato dibentuk oleh dunia yang merupakan pola-pola dari segala sesuatu yang dapat diinderawi, sedangkan ide-ide itu secara kodrati bersifat kekal dan abadi. Alasan Plato membedakan Being dan becoming adalah sebagai cara untuk mencari dasar kebenaran pengetahuan. Tujuan utama filsafat menurut Plato adalah penyelidikan pada entitas, seperti apa yang dimaksudkan dengan keadilan, kecantikan, cinta, hasrat, kesamaan, dan kesatuan (White, 1987;14). Plato yang mengangkat problem the one and the many melihat bahwa kedua hal ini, kesatuan dan keanekaragaman, terpisah menjadi dua dunia yaitu dunia ide dan dunia bayangan. Plato juga memperhatikan ilmu pasti sebagai peninggalan pythagoras sebab ada hubungan yang erat antara kepastian matematis dengan kesempurnaan ide.
8.      Aristoteles (384 – 322 SM)
Aristoteles adalah murid Plato yang meneruskan dan sekaligus menolak pandangan Plato. Ajaran Aristoteles dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bidang yaitu :
1.    Metafisika
Aristoteles membahas metafisika, istilah metafisika itu sendiri baru diperkenalkan oleh Andronikus ketika mengelompokkan ajaran-ajaran Aristoteles, sebagai filsafat pertama dan menganggapnya sebagai prinsip pertama yang mendasari tugas ilmiah. Konsep self-evidence merupakan penjelasan atas materi tertentu yang tidak dicari pada sesuatu yang lain, tetapi dapat ditemukan hanya di dalam pemikiran itu sendiri.
Lingkup metafisika dibedakan dari bidang ilmu pengetahuan lain. Metafisika adalah studi tentang “ada sebagai ada” (being as being). Kita mempelajari karakteristik, yakni ada yang mencakup segala sesuatu hal yang memiliki karakteristik tertentu. Jadi metafisika lebih komprehensif dan lebih fundamental daripada ilmu pengetahuan. Metafisika juga mempelajari prinsip-prinsip umum yang mendahului ilmu pengetahuan (White 1987 : 32).
 2.   Logika
Logika Aristoteles disusun dalam sebuah buku untuk menjelaskan cara menarik kesimpulan secara valid didasarkan pada susunan pikir (Syllogisme). Silogisme merupakan suatu bentuk jalan pemikiran yang bersifat deduktif yang kebenarannya pasti. Pada dasarnya silogisme terdiri atas tiga pernyataan, yaitu :
            Premis mayor sebagai pernyataan pertama yang mengemukakan hal umum yang telah diakui kebenarannya
      i.          Premis minor sebagai pernyataan kedua yang bersifat khusus dan lebih kecil lingkupnya daripada premis mayor
    ii.          Kesimpulan atau konklusi yang ditarik berdasarkan kedua premis tersebut.
Contoh :
Semua mahluk hidup pasti mati
Manusia termasuk mahluk hidup
Manusia juga pasti akan mati
 3.  Biologi
Pada bidang ini, Aristoteles mementingkan aspek pengamatan sebagai suatu sarana untuk membuktikan kebenaran sesuatu hal terutama dalam ilmu-ilmu empirik. Misalnya : dalam embriologi, ia melakukan pengamatan (observasi) perkembangan telur ayam sampai terbentuknya kepala ayam.

d.   Pertengahan (Abad II-XIV M)
Zaman pertengahan (Midle Age) ditandai dengan tampilnya para theolog di bidang ilmu pengetahuan. Para ilmuannya hampir semua adalah para theolog sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Peradaban dunia Islam, terutama pada zaman Bani Umayyah telah menemukan suatu cara pengamatan astronomi pada abad VII Masehi, dan pada abad VIII masehi telah mendirikan sekolah kedokteran dan astronomi. Pada zaman keemasan kebudayaan Islam telah mendirikan penerjemahan berbagai karya Yunani. Bahkan Khalifah Al-Makmur telah mendirikan Rumah Kebijaksanaan (House of Wisdom) pada abad IX Masehi. Al-Khawarizmi menyusun buku aljabar tahun 825 M, ia juga menulis buku tentang perhitungan biasa (Arithmetics) yang menjadi pembuka jalan penggunaan cara desimal di Eropa untuk menggantikan tulisan Romawi. Omar Khayam (1043 – 1132) menemukan pemecahan persamaan pangkat tiga berdasarkan planemetri dan potongan-potongan kerucut.
Sekitar tahun 600-700 M kemajuan ilmu pengetahuan berada di peradaban dunia Islam. Di bidang kedokteran muncul nama-nama terkenal, seperti Al-Razi (850-923) dan Ibnu Sina (980-1077) yang menulis buku-buku kedokteran (Al-qanum). Rhazas mengarang Encyclopedia ilmu kedokteran yang berjudul contenens. Abu’l Qasim menulis ensiklopedia kedokteraan yang menelaah ilmu bedah, serta peralatan yang dipakai pada masa itu. Ibnu Rushd menerjemahkan dan mengomentari karya-karya Aristoteles. Al Idris telah membuat 70 peta dari daerah yang dikenal pada masa itu. Sumbangan sarjana Islam dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bidang:
a.       Menerjemahkan peninggalan bangsa Yunani dan menyebarluaskannya sehingga dapat dikenal dunia Barat seperti sekarang ini.
b.      Memperluas pengamatan dalam lapangan ilmu kedokteran, obat-obatan, astronomi, ilmu kimia, ilmu bumi dan ilmu tumbuh-tumbuhan.
c.       Menegaskan sistem desimal dan dasar-dasar ajabar.
Perhubungan antara Timur dan Barat selama Perang Salib sangat penting untuk perkembangan kebudayaan Eropa karena pada waktu ekspansi bangsa Arab telah mengambil alih kebudayaan Byzantium, Persia, dan Spanyol sehingga tingkat kebudayaan Islam jauh lebih tinggi daripada kebudayaan Eropa. Sekitar abad XIV pada zaman Dinasti Yuan (1260-1368) pengaruh Islam di Cina ditandai oleh Jamal Al-Din yang mendirikan observatorium. Ikhtiyar Al-Din yang merancang pembangunan istana raja di laut utara Beijing.

e.  Zaman Renaissance (Abad XIV – XVII M)
Berakhirnya abad pertengahan diikuti dengan munculnya Zaman Renaissance pada abad 14-17 M kataRenaissance berarti kelahiran kembali. Zaman Renaissance merupakan zaman peralihan ketika kebudayaan dari abad pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Pada zaman Renaissance manusia pada masa ini pemikirannya mulai bebas dan berkembang. Pada zaman ini manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri. Pada Zaman Renaissance ilmu pengetahuan sudah berkembang. Berkembangnya ilmu pengetahuan modern dari tokoh-tokoh berikut
1.      Roger Bacon (1214-1294)
Roger Bacon berpendapat bahwa pengalaman merupakan landasan utama diawal dan ujian akhir bagi semua ilmu pengetahuan, beliau juga menganjurkan pengalaman sebagai basis ilmu pengetahuan
2.      Copernicus (1473 – 1543)
Penemuan Copernicus dikenal sebagai prinsip heliosentris. Copernicus berpendapat bahwa bumi dan planet semuanya mengelilingi matahari sehingga matahari menjadi pusat (heliosentris).
3.      Tycho Brahe (1546-1601)
Tycho Brahe pada masa ini menemukan benda-benda angkasa. Ia membuktikan bahwa benda-benda angkasa tersebut terapung bebas dalam ruang angkasa.
4.      Johannes Keppler (1571-1630)
Johannes Keppler seorang ahli matematika ia merupakan asisten Tycho Brahe. Johannes Keppler melanjutkan penelitian Brahe yaitu tentang gerak benda-benda angkasa.


5.      Galileo Galilei (1546-1642)
Galileo pada masa ini menciptakan sebuah teropong bintang yang terbesar. Teropong ini dapat mengamati beberapa peristiwa angkasa secara langsung.

f.  Zaman Modern (Abad XVII-XIX M)
Zaman modern sudah mulai ada pada abad 14 yaitu pada masa zaman Renaissance zaman modern ini muncul dengan adanya penemuan-penemuan ilmu pengetahuan ini berarti ilmu pengetahuan berkembang dengan baik pada masa ini. Adapun tokoh-tokoh pada zaman modern ini adalah sebagai berikut.
1.    Rene Descrates (1596-1650)
Rene Descrates merupakan bapak filsafat modern dan ia juga seorang ahli ilmu pasti penemuannya dalam ilmu pasti ialah sistem koordinat yang terdiri dari garis lurus X yang letaknya horizontal disebut axis atau sumbu X dan garis lurus Y yang letaknnya tegak lurus pada sumbu X disebut ordinat atau sumbu Y.
2.    Isaac Newton (1643-1727)
Penemuan Isaac Newton adalah dalam tiga bidang yaitu
a.       Teori Gravitasi
Teori gravitasi menerangkan bahwa planet-planet tidak bergerak lurus, tetapi mengikuti lintasan elips karena adanya gravitasi.
b.      Perhitungan kalkulus adalah hubungan antara X dan Y jika X bertambah maka Y juga bertambah.
c.       Optika atau mengenai cahaya jika cahaya matahari dilewatkan sebuah prisma sehingga asli yang terlihat homogen menjadi terbias antara merah sampai ungu menjadi pelangi.
3.    Charles Darwin
Charles Darwin berpendapat bahwa mahluk hidup yang dapat menyesuaikan diri akan memiliki peluang yang lebih besar untuk bertahan hidup lebih lama dan sebaliknya pendapatnya ini dikenal dengan teori evolusi.
4.    J.J. Thompson (1897)
J.J. Thompson menemukan elektron sehingga dengan penemuan ini runtuhlah pendapat yang menganggap bahwa atom adalah materi yang terkecil. Penemuan ini juga membuka jalan bagi pengembangan Fisika Nuklir. Hal ini dapat mengubah bermacam-macam atom di laboratorium juga ditemukan bagian dari atom, seperti elektron, praton, neutron, meson, dll.

g.   Zaman Kontemporer (abad XX- sekarang)
Pada zaman ini, bidang fisika menempati kedudukan yang paling tinggi diantara ilmu-ilmu khusus yang dibicarakan oleh para filsuf. Menurut Trout (1993), fisika dipandang sebagai dasar ilmu pengetahuan yang subjek materinya mengandung unsur-unsur fisika dengan filsafat secara historis menurutnya terlihat dalam dua cara yaitu :
a)      Diskusi filosofis mengenai metode-metode fisika, dan dalam interaksi antara pandangan substansial tentang fisika, misalnya tentang materi, kuasa, serta konsep ruang dan waktu.
b)      Ajaran filsafat tradisional yang menjawab fenomena tentang materi, kuasa, serta ruang dan waktu.
Pada abad XX fisikawan termasyur adalah Albert Einstein. Ia menyatakan bahwa alam itu tak berhingga besarnya dan tak terbatas. Akan tetapi, juga tidak berubah status totalitasnya atau bersifat statis dari waktu ke waktu. Pada tahun 1929 seorang fisikawan lain Hubble yang menggunakan teropong bintang terbesar di dunia melihat galaksi-galaksi di sekeliling kita. Galaksi-galaksi tersebut tampak menjauhi bumi. Berdasarkan perhitungan mengenai perbandingan jarak dan kelakuan gerak masing-masing galaksi yang teramati para fisika kontemporer (Gamow, Alpher, Herman) menarik kesimpulan bahwa semua galaksi di jagad raya ini semula bersatu padu dengan galaksi kita, Bima Sakti.
Selain teori mengenai fisika, teori alam semesta dan lain-lain, maka zaman kontemporer ini ditandai dengan penemuan berbagai teknologi canggih seperti mulai penemuan komputer, berbagai satelit, internet dan lain sebagainya. Disamping itu juga mengalami kemajuan yang pesat sehingga terjadi spesialisasi-spesialisasi ilmu yang semakin tajam.

Sejarah Perkembangan IPA
Dengan bertambah majunya alam pikiran dan makin berkembangnya cara-cara penyelidikan, manusia dapat menjawab banyak pertanyaan tanpa mengarang mitos. Berkat pengamatan yang sistematis, kritis dan makin bertambahnya pengalaman yang diperoleh, lambat laun manusia berusaha mencari jawab secara rasional. Dalam menyusun pengetahuan, kaum rasionalis menggunakan penalaran deduktif dan penalaran induktif.
Penalaran deduktif ialah cara berpikir yang bertolak belakang dari pernyataan yang bersifat umum untuk menarik simpulan yang bersifat khusus. Sedangkan penalaran induktif (empiris) ialah cara berpikir dengan menarik simpulan umum dari pengamatan atas gejala-gejala yang bersifat khusus.
Karena himpunan pengetahuan yang diperoleh dari penalaran deduktif dan induktif tidak dapat diandalkan sebagai ilmu pengetahuan maka muncullah ilmu yang secara teoretis didapat dari pengamatan dan eksperimentasi terhadap gejala-gejala alam. Konsep itu disebut Ilmu Pengetahuan Alam.

Metode Ilmiah dan Implementasinya
Pengetahuan tentang mitos, ramalan nasib berdasarkan perbintangan bahkan percaya adanya dewa diperoleh dengan cara berprasangka, berintuisi dan coba-coba (trial and error)
Suatu pengetahuan dapat dikatakan pengetahuan yang ilmiah apabila memenuhi syarat-syarat antara lain; objektif, metodik, sistematik dan berlaku umum. Salah satu syarat ilmu pengetahuan tersebut harus diperoleh melalui metode ilmiah. Kriteria metode ilmiah yang digunakan dalam penelitian antara lain harus berdasarkan fakta, bebas prasangka, menggunakan prinsip-prinsip analisis, hipotesis, berukuran objektif serta menggunakan teknik kuantitatif atau kualitatif.
Alur berpikir yang mencakup metode ilmiah dapat dijabarkan dalam langkah-langkah yang mencerminkan tahapan kegiatan ilmiah. Kerangka berpikir ilmiah pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah operasional metode ilmiah, yaitu perumusan masalah, penyusun kerangka berpikir, pengajuan hipotesis, perumusan hipotesis, pengujian hipotesis, dan penarikan simpulan.
Metode ilmiah mempunyai keterbatasan maupun keunggulan. Keterbatasan metode ilmiah adalah ketidaksanggupannya menjangkau untuk menguji adanya Tuhan, membuat kesimpulan yang berkenan dengan baik dan buruk atau sistem nilai dan juga tidak dapat menjangkau tentang seni dan keindahan. Sedangkan keunggulannya, antara lain:
  1. mencintai kebenaran yang objektif dan bersikap adil;
  2. kebenaran ilmu tidak absolut sehingga dapat dicari terus-menerus;
  3. mengurangi kepercayaan pada tahayul, astrologi maupun peruntungan, dan lain-lain.
Peranan matematika terhadap IPA sangat besar, karena matematika merupakan alat bantu untuk mengatasi sebagian permasalahan menghadapi lingkungan hidupnya. Contoh pada zaman modern ini, pembuatan mesin-mesin, pabrik bahkan perjalanan ke ruang angkasa.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) terbagi menjadi IPA kualitatif dan IPA kuantitatif. IPA kualitatif hanya mampu menjawab pertanyaan tentang hal-hal yang bersifat aktual, sedangkan IPA kuantitatif adalah IPA yang dihasilkan oleh metode ilmiah yang didukung oleh data kuantitatif dengan menggunakan statistik.

Sumber:
https://massofa.wordpress.com
http://tutariituantok.blogspot.co.id
 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Ditha Permata Puspita - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger